Kisah Ayu Bukan Sekedar Cerita Pilu Tentang Kemiskinan
AYU HANYA INGIN DUA HAL: IBUNYA SEMBUH DAN IA BISA TERUS SEKOLAH
Jumat, 17 Oktober 2025 - 10:00:51 WIB
Kabar Riau - Inhu
 |
Sepulang Sekolah, Tanpa Sempat Beristirahat, Ayu Menempuh Puluhan Kilometer Berjalan Kaki Di Tengah Deru Kendaraan Yang Tak Peduli
|
SHARE
Peranap-Indragiri Hulu
Di sudut sepi kota, di antara gubuk reyot dekat TPU, tersimpan tangis sunyi kehidupan. Di sanalah Ayu tinggal, bocah SD berusia sebelas tahun yang memanggul beban terlalu berat untuk pundak sekecil itu. Ayahnya telah tiada, meninggalkan ia berdua bersama ibu yang renta dan sakit-sakitan. Hidup yang seharusnya diisi tawa, kini berganti perjuangan tanpa henti.
Sejak usia tujuh tahun, setelah kepergian sang ayah, Ayu sudah bersahabat dengan kerasnya aspal jalanan. Di bawah terik matahari yang menyengat, ia menjajakan kerupuk, keripik pisang, atau tisu, dengan penghasilan tak seberapa, hanya lima ratus perak per bungkus. Dalam sehari, ia kadang hanya membawa pulang lima sampai sepuluh ribu rupiah. Jumlah kecil yang baginya berarti hidup dan mati.
Sepulang sekolah, tanpa sempat beristirahat, Ayu menempuh puluhan kilometer berjalan kaki di tengah deru kendaraan yang tak peduli. Di sela langkah lelahnya, ia sering berbisik dalam hati.
“Kenapa harus aku? Aku tak pernah meminta jadi anak yatim yang harus berjuang sekeras ini.”
Ketika ditanya untuk apa uang hasil jerih payahnya, jawabannya membuat dada sesak:
“Uangnya buat beli beras, biar aku sama ibu bisa makan. Kalau ada sisa, aku tabung buat beli buku, uang saku, sama seragam…”
Suaranya pelan, nyaris tak terdengar. Mata beningnya berkaca-kaca menahan sedih.
Sudah dua tahun ia tak berganti seragam. Warna merah-putihnya telah pudar, penuh tambalan di sana-sini. Namun bagi Ayu, seragam itu bukan sekadar pakaian, itu adalah simbol harapan, tanda bahwa ia masih berjuang untuk masa depannya.
Sering kali, ia rela menahan lapar agar ibunya bisa makan. Ia tak pernah meminta lebih. Hanya ingin ibunya sembuh, dan ia tak perlu lagi mempertaruhkan nyawa di jalanan demi selembar uang lima ratus perak yang bagi banyak orang tak berarti apa-apa, tapi bagi Ayu, itu adalah kehidupan.**krN/Arifin
Komentar Anda :